-->

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN KOLOM PRAKTIS BETON BERTULANG

Kolom praktis adalah tiang struktur yang dibuat untuk memperkuat dinding bangunan. Cara peletakan kolom praktis tergantung dari material yang digunakan. Dalam standar bangunan perumahan biasanya jarak kolom praktis berkisar antara 3 sampai 4 meter. Berbeda dengan kolom struktur utama yang berfungsi untuk menopang balok dan lantai bangunan. Fungsi kolom praktis pada bangunan adalah untuk memperkuat dinding agar tetap tegak berdiri.

Teknis pelaksanaan pekerjaan :

1. Persayaratan Bahan

a). Semen Portland :
Harus memakai semen portland tipe II atas persetujuan Direksi lapangan dan harus memenuhi SNI 2049-2015. Semen yang telah mengeras sebagian/seluruhnya tidak dibenarkan untuk digunakan. Penyimpanan semen Portland harus diusahakan sedemikian rupa sehingga bebas dari kelembaban, bebas dari air dengan lantai terangkat dari tanah dan tumpukan sesuai dengan syarat penumpukan semen .
b). Pasir beton :
Pasir harus terdiri dari butir-butir yang bersih dan bebas dari bahan bahan organis, lumpur dan sebagainya, dan harus memenuhi komposisi butir serta kekerasan yang dicantumkan dalam SNI 2847-2013.
c). Koral Beton/Split :
Digunakan Koral yang bersih, bermutu baik, tidak berpori serta mempunyai gradasi kekerasan sesuai dengan syarat-sayarat SNI 2847-2013. Penyimpanan/penimbunan pasir koral beton harus dipisahkan satu dengan yang lainnya, hingga kedua bahan tersebut dijamin mendapatkan perbandingan adukan beton yang tepat.
d).  Air
Air yang digunakan harus air tawar yang bersih dan tak mengandung minyak, asam, alkali dan bahan-bahan organis/bahan lain yang dapat merusak beton dan harus memenuhi NI – 3 pasal 10. Apabila dipandang perlu Direksi lapangan dapat minta kepada Pemborong supaya air yang dipakai diperiksa dilaboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Pemborong.
e). Besi Beton :
Digunakan mutu tulangan : Notasi (f) memakai BJTP24 dan notasi (D) memakai BJTD40. Besi harus bersih dari lapisan minyak/lemak dan bebas dari cacat seperti serpih-serpih. Penampang besi harus bulat serta memenuhi persyaratan SNI 2847-2013. Bila dipandang perlu Pemborong diwajibkan untuk memeriksa mutu besi beton ke laboratorium pemeriksaan bahan yang resmi dan sah atas biaya Pemborong.

2. Lingkup pekerjaan

Lingkup pekerjaan meliputi : Pekerjaan pembesian, pekerjaan bekisting dan pekerjaan pengecoran.

3. Pekerjaan persiapan

a). Pembuatan dan pengajuan shop drawing pekerjaan membuat kolom praktis beton bertulang
b). Approval material yang akan digunakan.
c). Persiapan material, antara lain: Portland cement, pasir, split, air, kaso, multiplek 12 mm, besi beton, kawat beton, dan paku.
d). Persiapan alat kerja, antara lain:  theodolith ,concrete mixer, meteran, waterpass, cangkul, talang cor, ember, sendok semen, raskam, benang, dan selang air.

4. Pengukuran

Surveyor melakukan pengukuran dengan theodolith dan memberi tanda (marking) untuk posisi titik perletakan kolom praktis beton  bertulang.

5. Pekerjaan pembesian

a). Pembesian atau perakitan tulangan kolom praktis dikerjakan ditempat lain yang lebih nyaman.
b). Perakitan kolom praktis harus sesuai dengan gambar kerja.
c). Selanjutnya adalah pemasangan tulangan utama, sebelum pemasangan sengkang, terlebih dahulu dibuat tanda pada tulangan utama dengan kapur.
d). Selanjutnya adalah pemasangan sengkang, setiap pertemuan antara tulangan utama dan sengkang diikat oleh kawat dengan system silang.
e). Setelah tulangan selesai dirakit, besi tulangan diangkut ke lokasi yang akan dipasang.
f).  Setelah besi terpasang pada posisinya dan cukup kaku, lalu dipasang beton deking sesuai ketentuan. Beton deking ini berfungsi sebagai selimut beton.

6. Pekerjaan Bekisting

a). Bekisting dipasang dalam 2 sisi, sisi depan dan sisi belakang, dipasang dengan multiplek 12mm sebagai bahan bekisting + tulangan kayu kaso 4/6. .
b). Ukur bekisting menggunakan meteran agar mendapatkan hasil yang sesuai, setelah itu kemudian letakkan bekisting pada tempat yang sudah ditentukan. 
c). Bekisting diberikan skoor dari kayu reng 3/4 sebagai penguat tekanan saat coran dituangkan, antar skoor diberi jarak sekitar 30cm dengan skoor lainnya.
d). Pemasangan skoor dapat menggunakan paku sebagai perekatnya, kemudian paku dipakukan dengan menggunakan palu.

7. Pekerjaan pengecoran

a). Setelah bekisting terpasang dengan baik, bekisting diolesi minyak bekisting kemudian letakkan pembesian kolom praktis pada posisinya tepat didalam bekisting.
b). Pastikan pembesian telah terletak dengan sempurna pada posisinya didalam bekisting dengan membuat tahu-tahu beton di bawah dan digantung kiri kanan bagian dalam bekisting, dengan maksud mendapatkan selimut beton.
c). Pengecoran beton dilakukan menggunakan mutu beton K225 ad. 1 Pc : 2 Ps : 3 Krl.
d). Setelah area siap, lakukan pengecoran beton dengan menuang adukan beton ke area pengecoran, Penuangan beton dilakukan secara bertahap, hal ini dilakukan untuk menghindari terjadinya segregasi yaitu pemisahan agregat yang dapat mengurangi mutu beton. Selama proses pengecoran berlangsung pemadatan beton menggunakan vibrator. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan rongga-rongga udara serta untuk mencapai kepadatan maksimal.

8. Pekerjaan pembongkaran bekisting kolom praktis

a). Setelah bentuk beton sudah stabil yaitu umur > 24 jam, maka bekisting kolom praktis sudah dapat dibongkar.
b). Pertama-tama, multiplek dipukul-pukul dengan menggunakan palu agar lekatan beton pada multiplek dapat terlepas.
c). Kendorkan push pull (penyangga bekisting), lalu lepaskan push pull.
d). Kendorkan baut-baut/paku-paku yang ada pada bekisting kolom praktis, sehingga rangkaian/panel bekisting terlepas.

9. Pekerjaan perawatan kolom praktis beton

Setelah dilaksanakan pengecoran, maka untuk menjaga agar mutu beton tetap terjaga dilakukan perawatan beton. Perawatan beton yang dilakukan adalah dengan menyiram /membasahi beton 2 kali sehari selama 1 minggu.

Resiko K3 dan Rencana Penanganan

1. Jenis bahaya yang teridentifikasi mungkin terjadi selama berlangsungnya Pekerjaan Kolom Praktis Bertulang antara lain :
a). Tangan para pekerja terkena bar bender.
b). Gangguan paru-paru akibat debu pasir/semen.
c). Terjatuh pada saat pemasangan bekisting.
d). Robohnya bekisting pada saat pengecoran.
e). Terjatuh dari ketinggian/bongkar pasang scaffolding/kayu perancah.
2. Hal yang dapat ditempuh sebagai langkah pencegahan dan pengurangan resiko kecelakaan kerja tersebut antara lain :
a). Menggunakan pakaian dan peralatan kerja dengan benar dan dan sesuai dengan standar (APD).
b). Melaksanakan instruksi K3 sebelum dimulainya pekerjaan.
c). Memeriksa seluruh papan bekisting dan perancah sebelum dimulainya pengecoran.
d). Membatasi daerah pekerjaan pengecoran dengan pagar atau rambu yang informative.
e). Menyediakan penerangan apabila harus bekerja pada malam hari.
f). Memasang jaring Pengaman (untuk pekerjaan yang dilaksanakan pada lantai 2 dst).

Demikian penjelasan tentang metode pelaksanaan pekerjaan kolom praktis beton bertulang
Semoga bermanfaat bagi yang membaca.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel