-->

Metode Pelaksanaan Pembangunan Gedung Tipe B Puskesmas Tambak Wedi

 


A. MAKSUD DAN TUJUAN

Metode Pelaksanaan berfungsi sebagai penjelasan dan pedoman bagi Team Proyek dalam melaksanakan pekerjaan konstruksi Pembangunan Gedung Tipe B Puskesmas Tambak Wedi Kota Surabaya Tahun 2014 yang terencana, teratur, effektif, sitematis dan pragmatis dalam menyelesaikan seluruh pekerjaan dalam kurun waktu yg dikehendaki serta dapat memenuhi mutu yg ditetapkan mengacu pada spesifikasi teknis Pembangunan Gedung Tipe B Tambak Wedi Kota Surabaya Tahun 2014.

B. LINGKUP

Lingkup pekerjaan ini Pembangunan Gedung Tipe B Tambak Wedi Kota Surabaya Tahun 2014, sesuai pekerjaan dan lokasi tersebut di atas meliputi :
a. Bidang Arsitektural
1. Pekerjaan Pendahuluan
2. Pekerjaan Persiapan & Site Arrangement
3. Traffict Management / Pengaturan Lalu Lintas
4. Pekerjaan Tiang Pancang
5. Pekerjaan Tanah dan Pondasi
6. Pekerjaan Struktur (Pembetonan)
7. Pekerjaan Arsitektural 
pekerjaan dinding
pekerjaan baja dan penutup atap
pekerjaan plafond
pekerjaan lantai dan keramik
pekerjaan kusen
pekerjaan pengecatan

6. Pekerjaan Plumbing dan Sanitasi 

b. Paket Pekerjaan Mekanikal Elektrikal
Box panel, trmasuk rel dudukan MCB, Pilot Lamp, Amp Meter, u
MCB , 6A 1 phase phase
MCB , 10 A 1 phase
MCB , 16 A 1 phase
MCCB , 75 A 3 phase
Instalasi penangkal petir kabel NYY 1 X 70 mm2 dalam pipa PVC 1"
Head penangkal petir splitzen
Pemasangan Grounding < 1 Ohm kabel BC 50 mm2 dalam bak kontrol
Pasang KWH Meter 12 KVA
Instalasi Titik Lampu 
Lampu SL 11W
Lampu SL 18 W
Stop Kontak 200 W
Saklar Ganda
Saklar Tunggal

8. Pekerjaan Paving dan Pembersihan

C. TAHAPAN PELAKSANAAN

Secara garis besar tahapan rencana penyelesaian Pembangunan Gedung Tipe B Tambak Wedi Kota Surabaya Tahun 2014 ini dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu : 1. Pekerjaan Persiapan, 2. Pekerjaan Tiang Pancang dan Pondasi 3. Pekerjaan Struktur, 4. Pekerjaan Arsitek dan 5. Pekerjaan Mekanikal Elektrikal. Dari lima tahap tersebut dischedulkan akan selesai selama 210 hari kalender. 


METODE PELAKSANAAN

II.1. PEKERJAAN PERSIAPAN
II.1.1. Pemotongan Pohon
Pekerjaan pemotongan pohon dimaksudkan agar tidak menganggu keberlangsungan pelaksanaan proyek 

II.1.2. Pembersihan Awal
Sebelum pekerjaan dilaksanakan perlu dilakukan pembersihan lapangan dengan memindahkan barang-barang yang dapat mengganggu pelaksanaan pekerjaan sekaligus pembersihan bekas pemotongan pohon.

II.1.3. Pasang Bouwplank
1. Sebelum pekerjaan mulai dilaksanakan, Penyedia Jasa diwajibkan mencocokkan ukuran-ukuran yang terdapat dalam gambar kerja dan rencana pekerjaan, kemudian segera memberitahukan kepada Direksi setiap perbedaan yang terjadi.
2. Semua kesalahan dalam pelaksanaan pekerjaan yang diakibatkan karena kelalaian Penyedia Jasa dalam memberitahukan perbedaan ukuran seperti tersebut di atas adalah sepenuhnya tanggung jawab Penyedia Jasa.
3. Ukuran-ukuran dan duga untuk pekerjaan ini harus dipasang oleh Penyedia Jasa bersama-sama oleh Direksi dan wakilnya.
4. Penyedia Jasa diwajibkan untuk memelihara dan menjaga patok-patok pengukuran yang telah dipasang tersebut, di mana kebenarannya dan patok-patok ukuran duga tersebut dengan ditambah pemasangan bouwplank dengan kayu papan Meranti 3/20 dan kayu Meranti 5/7 pada bagian sudut dan pertemuan 2 sisi sepenuhnya menjadi tanggung jawab Penyedia Jasa.
5. Semua papan bouwplank menggunakan kayu meranti bekisting, diserut rata dan terpasang waterpass dengan peil ± 0.00.
6. Jarak papan bouwplank minimal 1.5 m dari garis bangunan terluar untuk mencegah kelongsoran terhadap galian tanah pondasi.
7. Pembuatan titik peil harus dijaga kedudukannya serta tidak terganggu selama pekerjaan berlangsung dan tidak boleh dibongkar tanpa seizin dari Konsultan Pengawas.
8. Dengan dibantu surveyor, dilakukan pemasangan bowplank bangunan.
9. Penentuan titik as saluran dicek dengan pesawat ukur/theodolith
10. Selama pelaksanaan pekerjaan, surveyor/juru ukur Kontraktor harus selalu stand by di Job Site lengkap dengan peralatannya.
11. Semua pekerjaan yang akan dimulai harus diukur  bidik ulang sebelum diizinkan secara tertulis oleh Direksi untuk dilaksanakan

II.2. PEKERJAAN TANAH II.2.1. Galian
1. Pekerjaan galian dilaksanakan untuk pekerjaan galian pondasi bak bunga, galian tanah saluran dengan panjang, lebar dan kedalaman sesuai gambar bestek dengan teknis pelaksanaan dan letak penempatan sesuai yang ditunjuk dalam Gambar Perencanaan.
2. Pekerjaan-pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan berikut pengerjaannya dan pengadaan segala macam bahan, alat-alat, pengerahan tenaga kerja, dll. 
3. Bekas galian tanah untuk urugan kembali sedangkan yang tidak dipakai harus dibuang di luar lokasi pekerjaan.
4. Dalamnya galian pondasi harus sesuai dengan gambar dan detail, hal-hal yang menyimpang akan diperhitungkan sebagai pekerjaan lebih atau kurang.

II.2.2. Urugan Pasir
1. Menggunakan pasir urug yang bagus, bebas dari kotoran.
2. Pengurugan dilaksanakan setebal sesuai gambar, dilaksanakan selapis demi selapis dengan kepadatan memenuhi syarat dan disetujui Direksi.
3. Pekerjaan ini mencakup pengambilan, pengangkutan, penghamparan dan pemadatan tanah atau bahan berbutir yang disetujui untuk bahan urugan.
4. Urugan kembali galian yang diperlukan untuk membuat bentuk dimensi timbunan antara lain ketinggian yang sesuai persyaratan atau penampang melintang.
5. Bahan galian dari daerah pembangunan dapat dipergunakan, apabila memenuhi syarat sebagai bahan urugan.
6. Untuk semua pekerjaan urugan yang tidak memakai pasir urug, harus dipakai tanah yang bersih dari tanaman, akar–akar, berangkal-berangkal,puing-puing dan segala macam kotoran lainnya.
7. Kayu - kayu, puing-puing dan segala macam kotoran lainnya tidak boleh tertinggal pada lokasi pekerjaan.
8. Urugan pasir harus disirami dengan air dan kemudian ditumbuk hingga padat hingga mencapai kepadatan ±90 % dari optimum dry density.
9. Tata cara pelaksaanaan pekerjaan urugan dapat dipaparkan sebagai berikut :
a) Bahan urugan untuk pelaksanaan pengerasan harus disebarkan dalam lapisan-lapisan yang rata dalam ketebalan yang tidak melebihi 300 mm.
b) Setiap lapisan harus diarahkan pada kepadatan yang dibutuhkan dan diperiksa melalui pengujian lapangan yang memadai, sebelum dimulai dengan lapisan yang berikutnya, Bilamana bahan tersebut tidak mencapai yang dikehendaki, lapisan tersebut harus diulang atau diganti guna mendapatkan kepadatan yang dibutuhkan.
c) Setelah pemadatan selesai, urugan tanah yang melebihi harus dipindahkan ke tempat yang ditentukan Konsultan Pengawas.

II.2.2. Urugan Sirtu
1. Urugan sirtu dilakukan untuk peninggian elevasi bangunan
2. Urug sirtu dilaksanakan pada galian tanah pondasi, peninggian peil lantai bangunan rencana setinggi 50 cm , urugan dilaksanakan selapis demi selapis dan dipadatkan setiap lapisnya sampai dengan ketinggian yang ditentukan dengan kepadatan yang memenuhi syarat yang disetujui oleh direksi.
3. Pekerjaan  untuk  urugan  mencapai  titik  peil  yang dikehendaki  dapat  digunakan  tanah urugan  sejenis  tanah  padas  atau  sisa tanah  keprasan  (bukan humus) dari  tanah  lahan yang ada di dalam lokasi.
4. Urugan  kembali  lubang  pondasi  hanya  boleh  dilakukan setelah dilakukan pemeriksaan pondasi.
5. Tanah urugan harus berjenis tanah  butiran  (tanah  ladang)  atau  berpasir  dan tidak  terlalu  basah,  tidak mengandung bahan organik dan brangkal.

Pekerjaaan Tiang Pancang (Flow Chart)

PILE  WORK ;  DRIVING CONTROL Tindakan Repair
Reject / tolak
Informasi pd SM Pengawasan yang ketat Cepat di re-set
Awasi.
Re-drive / dolly / inform ke konsultan.
Welding  control.
Ganti bantalan
CHECK METHOD Frequency Semua tiang Semau tiang Semau tiang Semau tiang
Measurement Visual
Skala / meteran Spesifikasi
Meteran / skala
Benang lot atau theodolite Visual dengan benang lot / teodolite.
Spesifikasi.
Skala / meteran
  Level / meteran

Timin Unloading Setiap mau driving Driving After Driving
STANDARD Lebih dari 4 minggu atau telah mencapai kekuatan min 80% dan berdasarkan satbdard pemeriksaan visual By desain
± 10 mm
Tegak lurus
1 m dari dasar tiang Kurang 50 mm dan 1/100
Centris pada kepala tiang
Beban desain / Pall dan perhitungan (table)
Bersih & pengelasanya bagus.
Tiap interval diganti. GL ± 0.00

+ 100 dari dasar pile cap, 
dengan tulang penyaluran.
CONTROL POINT Data tiang antara lain; No Tianag, tanggal produksi, spesifikasi kekuatan Dimensi, kondisii visual (retak,bengkok,melintir, pecah dsb) Kapasitas hammer
Pastikan posisi tiang pada titiknya
Kelurusan vertikal
Marking level skala  tiap 1 m pada tiang Posisi dan kemiringan
Posisi jatuh hammer .
Final set 10 blows, tinggi ram stroke dan kalendering.
Joint tiang dan welding sambungan
Kayu Bantalan Marking / leveling ± 0.00 dan catat dalamnya penetrasi.
Hacking height


PROCESS    FLOW 1. Unloading Pile 2. Setting Tiang 3. Pile Driving 4. Pile Head disposal

II.3. PEKERJAAN PONDASI II.3.1. Pekerjaan Pondasi Strauss 
1. Pengenalan
Strauss pile adalah pekerjaan pondasi dengan cara pengeboran tanah secara manual atau penggerak mata bor nya adalah tenaga manual. Alat yang simple, ringkas dan sederhana serta tidak bising dalam pengerjaannya menjadikan cara ini banyak di gunakan untuk pengerjaan pondasi rumah tinggal 2 lantai / 3 lantai, gudang, pabrik,pagar dan lainnya.
Cara kerja pemasangan pondasi ini adalah dengan mengebor tanah berdiameter sesuai perhitungan struktur diameter pondasi. Setelah itu digunakan cassing dari pipa PVC yang di cor sambil diangkat cassing-nya. Cassing digunakan pada tanah lembek dan berair. Jika tanah keras dan tidak berair, pondasi dapat langsung di cor tanpa cassing.

Kedalaman pondasi ini dapat mencapai 5 meter dengan mengunakan besi tulangan sepanjang dalamnya pondasi. Biasanya ukuran pondasi yang sering dipakai adalah diameter 20 cm, 30 cm, dan 40 cm, sesuai dengan tersedianya mata bor. Seperti layaknya pondasi tiang, maka pondasi strauss ini ditumpu pada dudukan beton (pile cap). Fungsi dudukan beton adalah mengikatkan tulangan pondasi pada kolom dan sloof. Selain itu fungsinya adalah untuk transfer tekanan beban

2. Metode Pengerjaan
2.1 persiapan kerja
persiapan kerja sangat simple dan sederhana hanya memerlukan waktu beberapa menit saja untuk setting alat berupa mata bor, pipa, setang dan alat pendukung lainnya.

2.2 Pengeboran
tanah di bor dengan besar diameter sesuai perencanaan tiang strauss, pengeboran tanah di kerjakan 2 orang untuk 1alat (kadang ada juga yang dikerjakan 3orang atau 4orang).

2.3 pembesian     
pekerjaan pembesian dengan pembuatan besispiral dan pemotongan besi pokok untuk jari jari, dilanjutkan dengan perangkaian keduanya hingga menjadi kerangka tulangan.
 
2.4 pengecoran
ini adalah tahap terakhir dalam pengerjaan strauss pile, yang jadi catatan apabila lobang bor dipenuhi air (biasanya daerah bekas rawa) maka pengecoran bisa menggunakan pipa paralon (sebagai pipa tremi) sebagai penghantar cor supaya tidak bercampur dengan air lumpur dan hasil beton yang lebih baik. tapi apabila tanah kering adukan cor bisa langsung di tuangkan.
 
seperti layaknya pondasi tiang, pondasi ini ditumpu oleh kedudukan beton (pile cap), fungsi kedudukan beton adalah sebagai pengikat pondasi dengan kolom dan sloof, selain itu fungsinya adalah mentransfer beban beban diatasnya. 

II.3.2. Pekerjaan Pondasi Batu Kali
Pada pekerjaan pasangan pondasi ada 2 tahap yaitu pembuatan profil dan pemasangan batu kali.
a) Pembuatan profil :
1. Pasang patok batu untuk memasang profil (2 patok untuk tiap profil). Profil dipasang pada setiap ujung lajur pondasi
2. Pasang bilah batu datar pada kedua patok,setinggi profil.
3. Pasang profil benar-benar tegak lurus dan bidang atas profil datar. Usahakan titik tengah profil tepat pada tengah-tengah galian yang direncanakan dan bidang atas profil sesuai peil pondasi.
4. Ikat profil tersebut pada bilah datar yang dipasang antara 2 patok dan juga dipaku agar lebih kuat.
5. Pasang patok sokong, miring pada tebing galian pondasi dan ikatkan dengan profil, sehingga menjadi kuat dan kokoh.
6. Cek ketegakan / posisi profil dan ukuran-ukurannya, perbaiki jika ada yang tidak tepat,demikian juga peilnya

b) Pemasangan batu kali :
1. Siapkan semua alat dan bahan yang dibutuhkan
2. Pasang benang pada sisi luar profil untuk setiap beda tinggi 25 cm dari permukaan urugan pasir
3. Siapkan adukan untuk melekatkan batu-batu tersebut
4. Susun batu-batu diatas lapisan pasir urug tanpa adukan (aanstamping) dengan tinggi 25cm dan isikan pasir dalam celah-celah batu tersebut sehingga tak ada rongga antar batu kemudian siramlah pasangan batu kosong tersebut dengan air.
5. Naikkan benang pada 25 cm berikutnya dan pasang batu kali dengan adukan, sesuai ketinggian benang. Usahakan bidang luar pasangan tersebut rata.
 
II.4. PEKERJAAN BETON II.4.1. Pekerjaan Beton
1. Pengenalan
a. Pekerjaan beton dilaksanakan sesuai dengan yang diminta dalam Dokumen Kontrak dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan dan peraturan yang berlaku SNI 2002 dan PBI 1971. 
b. Bahan yang digunakan untuk pekerjaan beton adalah :
1) Semen, dipakai PC (Portland Cement) Jenis I keluaran segala merk yang beredar di Indonesia (Standart SNI) dan harus dipakai satu macam merk semen untuk pekerjaan ini. Semen yang telah mengeras sebagian atau seluruhnya tidak diperkenankan untuk digunakan. meter. Tiap kali ada pengiriman semen baru, semen yang baru tersebut harus dipisahkan penempatannya agar semen yang lama dapat dipergunakan terlebih dahulu, Portland sudah harus dipergunakan paling lambat 30  (tiga puluh) hari kalender sejak pembuatannya di pabrik yang bersangkutan
2) Agregat, dipakai batu pecah dan pasir butiran kasar yang memenuhi syarat SNI/PBI. 
Pasir beton harus terdiri dari pasir dengan butiran  yang bersih dan bebas dari bahan organis, lumpur dan sebagainya, sesuai dengan persyaratan yang tercantum di dalam NI-2 (PBI-1991).
Kerikil Beton (Koral)
a) Agregat untuk beton harus memenuhi syarat ASTM C 33.
b) Agregat kasar dapat berasal langsung dari alam (agregat alam), atau agregat yang berasal dari batu pecah.
c) Ukuran maximum nominal agregat kasar harus tidak melebihi: Seperlima (1/5) jarak terkecil sisi-sisi cetakan;Sepertiga (1/3) ketebalan pelat lantai.
d) Penyimpanan agregat kasar  dan  halus harus terpisah agar memudahkan tugas Pengawasan, tidak terintrusi bahan yang dapat merusak/ menggangu.
e) Bahan yang telah terkontaminasi bahan yang merusak tidak dapat digunakan.
3) Air, dapat digunakan dari segala sumber asal memenuhi syarat SNI/PBI.
a) Air pencampur beton harus bersih dan bebas dari bahan-bahan yang dapat merusak beton, seperti: oli, asam, alkali, garam, bahan organik.
b) Kecuali  air  yang  berasal  dari  PDAM,  maka  sebelum  dipakai  harus  diuji kelayakannya, seperti yang ditentukan dalam SNI 03-2847-2002 PASAL 5.4
c. Untuk pekerjaan beton tidak bertulang  seperti, lantai kerja untuk pondasi beton rabat dan beton tumbuk digunakan mutu k-100
d. Dimensi pekerjaan beton bertulang dan struktur dilaksanakan sesuai gambar kerja

II.4.2. Syarat-Syarat Bahan Pekerjaan Beton
a. Semen
Semen yang dipakai harus PC yang telah disahkan atau disetujui oleh yang berwenang dan dalam segala hal memenuhi syarat-syarat yang dikehendaki oleh Peraturan Beton Bertulang Indonesia, dalam hal ini dipakai Portland Cement (PC Kelas I) sesuai dengan Standart Indonesia NI-B atau ASTM C-150 Type I.
b. Agregat
1) Batu pecah, dipakai batu pecah mesin ukuran 1/1 s/d 2/2 cm jenis yang keras, tajam, bersih dari segala kotoran yang dapat mengurangi daya rekatnya.
2) Pasir cor, dipakai pasir butiran kasar / tajam warna hitam, bebas dari segala kotoran yang dapat mengurangi daya rekatnya.
c. Baja Tulangan
Semua baja tulangan dipakai baja dengan tegangan leleh karakteristik 2400 kg/cm2 (besi polos / U24). Ukuran dan jumlah serta pemasangan tulangan sesuai tertera dalam gambar. Bahan-bahan tersebut dalam segala hal harus memenuhi ketentuan-ketentuan SNI 2002 / PBI 1971.
d. Air
Air untuk adukan dan perawatan beton harus bersih, bebas dari bahan-bahan atau campuran-campuran yang mempengaruhi daya lekat semen.
e. Bekisting
Bekisting harus dibuat dan direncanakan begitu rupa sehingga beton dapat dengan baik ditempatkan dan dipadatkan, tidak terjadi perubahan bentuk acuan selama pengecoran dilaksanakan maupun selama proses pengerasan beton.
Bahan bekisting dapat dibuat dari papan kayu kelas III yang cukup kering dengan tebal  minimum 2 cm atau panil-panil multipleks dengan tebal minimum 12 mm. 
Rangka  penguat konstruksi bekisting dari kayu ukuran 5/7 sebagai penyokong, penyangga maupun pengikat, sehingga mampu mendukung tekanan beton pada saat pengecoran sampai selesai proses pengikatan. 
Penyangga struktur lantai (balok, lantai,dll) dapat digunakan  kayu dengan ukuran minimal 5/7 cm dengan jarak maksimum 50 cm dengan dialasi dengan papan kelas III antara tanah dan penyangga (perancah). 
Pasangan bekisting harus rapi, cukup kuat dan kaku untuk menahan getaran dan kejutan gaya agar ketika dibongkar permukaan bekisting tetap rata.
Sebagai perancah dapat digunakan scaffolding baja.
Pembongkaran bekisting dapat dilakukan setelah beton mengalami periode pengerasan sesuai dengan persyaratan di dalam NI-2 (PBI-1991) yakni:
- Sloof minimum 7 hari
- kolom dan balok (cetakan tepi) minimum 7 hari, cetakan bawah balok dan plat minimum 21 hari

II.5. PEKERJAAN DINDING II.5.1. Pekerjaan Dinding
1. Pengenalan
Mortar (Sesuaikan dg Spesifikasi Teknis)
campuran dipergunakan perekat 1Pc : 5Ps untuk seluruh dinding tembok kecuali KM/WC atau daerah-daerah yang memiliki tingkat kelembaban air tinggi. 
Pasangan batu merah dan plesteran trasram dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 3 Ps pada semua tembok kamar mandi/ WC
Maksimum lintle = Mengacu pada Standard Reiforcement

2. Tahapan Pelaksanaan
Bata sebelum  dipasang harus dibasahi dulu dengan cara direndam dalam air hingga jenuh dan pada waktu dipasang tidak boleh ada genangan air pada permukaannya.
Pasangan bata harus rapi, lurus dan sama tebal.
Pemasangan harus sedemikian rupa sehingga ketebalan adukan perekat sama setebal 1cm. Siar–siar dikerok dengan kedalaman ±1cm dengan rapi, kemudian disirami air untuk dilanjutkan dengan plesteran. Semua pertemuan horisontal maupun vertical terisi dengan baik dan penuh
Pasangan batu bata dipergunakan perekat 1Pc : 5Ps untuk seluruh dinding tembok/ plesteran.
Pasangan batu merah dan plesteran trasram dilaksanakan dengan campuran 1 PC : 3 pasir pada:
- Semua tembok kamar mandi/ WC dan urinoir setinggi 1,50 m dari lantai. 
- Pasangan batu merah untuk bak air pada kamar mandi/ WC, septictank dan ground tank.
- Tempat-tempat lain yang senantiasa berhubungan dengan air dan yang dianggap perlu oleh Direksi.
Adukan perekat selalu dalam keadaan belum mengeras. Jarak waktu pencampuran adukan perekat dengan pemasangan tidak lebih dari 30 (tiga puluh) menit terutama untuk adukan kedap air.
Bagian ujung pasangan harus berbentuk gerigi.
Bagian bata yang menumpang tidak boleh kurang dari ¼ dari panjang bata.
Pemasangan dinding pasangan bata dilakukan bertahap, setiap tahap terdiri maksimum 24 lapis setiap harinya, diikuti dengan cor kolom dan balok praktis..
Pekerjaan pemasangan batu bata harus benar vertikal dan horizontal. Pengukuran dilakukan dengan tiang lot dan harus diukur tepat. Untuk permukaan yang datar, batas toleransi pelengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 5 mm untuk setiap jarak 200 cm vertikal dan horizontal. Jika melebihi, Kontraktor harus membongkar atau memperbaiki dan biaya untuk pekerjaan ini ditanggung Kontraktor, tidak dapat diklaim sebagai pekerjaan tambah.
Setiap  luas  pasangan  dinding  termasuk  pasangan  trasraamnya mencapai 12m² sudah harus dipasang frame-frame yang berupa kolom-kolom beton praktis dan balok-balok beton praktis dengan ukuran 12 x 12 cm, dengan tulangan pokok 4Ø10 dan beugel Ø6-20.
Tidak diperkenankan memasang bata merah yang patah dua melebihi dari 5 % dari bata yang utuh.
Penempatan plos kayu, angker, sparing dan pemasangan alat–alat lain dalam pasangan ini akan disesuaikan dengan gambar yang ada dan petunjuk pengawas lapangan.
Selama pasangan dinding ini belum difinishing, untuk memelihara dan menjaga dari kerusakan atau pengotoran bahan

II.5.2. Pekerjaan Plesteran
1. Sebelum diplester, permukaan dinding harus dibersihkan dan dibasahi dengan air, naad/ siarnya dikorek sedalam 1 cm. Tebal plesteran disesuaikan dengan yang telah disyaratkan.
2. Pasir pasang yang digunakan harus diayak terlebih dahulu dengan mata ayakan seperti yang disyaratkan.
3. Instalasi M & E telah terpasang sesuai dengan koordinat titik M & E pada gambar kerja termasuk juga pipa-pipa atau alat-alat lainnya.
4. Untuk lokasi pekerjaan yang tidak berada dibawah atap, selama waktu hujan harus diberi perlindungan dengan menutup bagian atas dinding dengan bahan pelindung yang sesuai.
5. Kualifikasi tenaga kerja untuk pekerjaan ini harus berpengalaman dan benar-benar ahli dalam teknik pemasangannya.
6. Dibutuhkan peralatan kerja yang memadai seperti waterpass, unting-unting, selang dan benang ukur serta jidar (alumunium atau kaso) untuk meratakan plesteran.
7. Pelaksanaan segera setelah pasangan bata mengering, tebal lapisan maksimal 1,5 cm, selalu menggunakan pedoman tegak dan datar (straight dan level), sehingga didapat permukaan yang rata lurus dan tegak tidak bergelombang, dan pengadukan harus dilaksanakan secara homogen.
8. Pekerjaan benangan dilaksanakan pada setiap sudut luar dan dalam, sudut-sudut dinding dan beton dan di tempat lainnya sesuai yang tertera dalam Gambar Rencana. 
9. Untuk semua bidang pasangan bata dan beton yang akan difinishing dengan cat dipakai plesteran halus (acian) diatas permukaan plesterannya.
10. Untuk setiap permukaan bahan yang berbeda yang bertemu dalam suatu bidang datar, diberi naad dengan ukuran lebar 0,7 cm dan dalam 0,5 cm.
11. Untuk permukaan datar batas toleransi perlengkungan atau pencembungan bidang tidak boleh melebihi 2,5 mm untuk setiap 2  m².
12. Kelembaban plesteran yang telah diaci harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar, tidak terlalu tiba–tiba dengan cara membasahi permukaan plesteran kali terlihat kering dan melindunginya dari terik matahari langsung dengan bahan penutup yang bisa mencegah penguapan air secara cepat. 
13. Jika terjadi keretakan akibat pengeringan, maka bidang yang retak harus dibongkar dan diperbaiki sampai dinyatakan dapat diterima oleh pengawas lapangan atas tanggung jawab kontraktor. 
14. Pekerjaan plesteran dinding setelah selesai pemasangan instalasi listrik untuk seluruh bangunan.
15. Pekerjaan plesteran hanya bisa dilaksanakan setelah pekerjaan atap sudah selesai.

Urutan dan Tahapan Proses Pelaksana Formulir
(Jika ada)
Permukaan dinding bata dibasahi dengan air sampai basah secara merata.
Dibuat sipatan pada dinding dengan posisi diatas plafon dan pada pertemuan dengan tembok sebagai pedoman kerataan dan tegak lurus plesteran ( harus lot), lalu pasang tarikan benang vertikal dan horisontal untuk caplakan kepalaan dan cek tarikan benangnya (cek ketebalan plesteran).
Kepalaan plesteran harus tegak lurus dengan benang sipatan atas dan bawah dan dibuat dengan lebar 5 cm untuk tiap jarak 1,5 m. Diperlukan 3 caplakan untuk setiap kepalaan plesteran.
Pada posisi pertemuan ujung dinding bagian dalam, kepalaan dibuat tepat pada kedua sisi sudut pertemuan dengan lebar 5 cm.
Lakukan plesteran  pada bidang-bidang yang telah ada kepalaannya sampai selesai seluruh permukaannya dengan kamprotan yang memiliki jarak lempar + 50 cm.
Gunakan jidar untuk meratakan permukaan sesuai dengan ketebalan kepalaan.
Saat plesteran setengah kering, gunakan roskam untuk menggosok permukaan dinding sampai halus dan rata.
Plesteran yang tebalnya kurang dari 1,5 cm harus diplester sekaligus dimulai dari atas ke bawah sedangkan plesteran yang melebihi 2 cm harus diplester 2 kali untuk setiap lapisnya. Untuk pipa-pipa yang letaknya berdempetan lebih dari 2 batang diberi kawat ayam dengan tujuan membantu dan memperkuat daya lekat plesteran.
Kelembaban plesteran harus dijaga sehingga pengeringan berlangsung wajar dan tidak terlalu tiba-tiba dengan membasahi permukaan plesteran setiap kali terlihat kering dan melindungi dari terik panas matahari langsung.
Selanjutnya, dinding yang telah diplester dirawat selama 8 hari, sehingga dapat dilakukan pekerjan selanjutnya.
Cek hasil akhir pekerjaan agar plesteran tetap rata dan tidak kasar serta tidak mengalami retak-retak dengan toleransi kerataan bidang antara garis atas dan bawah paling maksimal 2 mm.

II.6. PEKERJAAN BAJA 
DAN 
PENUTUP ATAP II.6.1. Pekerjaan Baja dan Penutup Atap
Persyaratan Pelaksanaan
1. Pembuatan dan pemasangan kuda-kuda dan bahan lain terkait, harus dilaksanakan sesuai gambar dan desain yang telah dihitung dengan aplikasi khusus perhitungan baja ringan sesuai dengan standar perhitungan mengacu pada standar peraturan yang berkompeten.
2. Semua detail dan konektor harus dipasang sesuai dengan gambar kerja.
3. Perakitan kuda-kuda harus dilakukan di workshop permanen dengan menggunakan mesin rakit (Jig) dan pemasangan sekrup dilakukan dengan mesin screw driver yang dilengkapi dengan kontrol torsi.
4. Pihak kontraktor harus menyiapkan semua struktur balok penopang dengan kondisi rata air (waterpas level) untuk dudukan kuda-kuda sesuai dengan desain sistem rangka atap.
5. Pihak kontraktor harus menjamin kekuatan dan ketahanan semua struktur yang dipakai untuk tumpuan kuda-kuda. Berkenaan dengan hal itu, pihak konsultan ataupun tenaga ahli berhak meminta informasi mengenai reaksi-reaksi perletakan kuda-kuda.
6. Pihak kontraktor bersedia menyediakan minimal 8 (delapan) buah genteng yang akan dipakai sebagai penutup atap, agar pihak penyedia konstruksi baja ringan dapat memasang reng dengan jarak yang setepat mungkin, dan penyediaan genteng tersebut sudah harus ada pada saat kuda-kuda tiba dilokasi proyek.
7. Jaminan Struktural 
Jaminan yang dimaksud di sini adalah jika terjadi deformasi yang melebihi ketentuan maupun keruntuhan yang terjadi pada struktur rangka atap Baja Ringan, meliputi kuda-kuda, pengaku-pengaku dan reng. 
Kekuatan struktur Baja Ringan dijamin dengan kondisi sesuai dengan Peraturan Pembebanan Indonesia dan mengacu pada persyaratan-persyaratan seperti yang tercantum pada “Cold formed code for structural steel”(Australian Standard/New Zealand Standard 4600:1996) dengan desain kekuatan strukural berdasarkan ”Dead and live loads Combination (Australian Standard 1170.1 Part 1) & “Wind load”(Australian Standard 1170.2 Part 2) dan menggunakan sekrup berdasarkan ketentuan “Screws-self drilling-for the building and construction industries”(Australian Standard 3566).

Tata Cara Pelaksanaan Penutup Atap
1) Pemasangan bahan atap harus dilaksanakan jauh sebelum pelaksanaannya agar tidak terjadi hambatan waktu pelaksanaan pekerjaan. 
2) Lembaran spandek disimpan dalam keadaan tetap kering, tidak boleh berhubungan dengan tanah/lantai dan sebaiknya disimpan di dalam gudang beratap. Untuk penyimpanan di tempat terbuka, harus diselimuti dengan terpal atau plastik untuk mencegah agar air hujan/embun tidak masuk ke dalam celah tersebut. Air yang masuk dapat memberikan cacat terhadap permukaannya akibat kondensasi. Lembaran spandek tersebut juga jangan ditumpuk terbalik, bagian atas harus tetap mengarah ke atas.
3) pemasangan gording baja, harus lurus, berjarak teratur, dan rapih sebelum melakukan pemasangan spandek.
4) Data arah angin di lokasi harus dicatat, agar pemasangan lembaran penutup atap dapat disesuaikan dengan arah angin
5) Untuk memulainya, letakkan lembaran pertama dengan rusuknya menghadap ke atas, distel terhadap bagian bangunan di sebelahnya dengan rusuk luar pada sisi permukaan. Setelah mengikat lembaran pertama, tumpukkan rusuk luar lembaran kedua (rusuk dengan sisi bengkok ke bawah) di atas rusuk dalam lembaran pertama (rusuk dengan sisi ke luar di bagian bawahnya), dan masukkan pengikat pada tumpukan rusuk-rusuk tadi untuk memegang sambungan dengan kuat pada tempatnya sebelum mengikat lembaran yang kedua. Ikutilah cara penyambungan lembaran kedua ini untuk pemasangan lembaran selanjutnya. Jika dipakai dua atau lebih sambungan ujung lembaran untuk mencakup atap secara keseluruhan, letakkan baris lembaran dari bawah ke atas sebelum melanjutkan pemasangan ke samping. Lebar tumpukan pada tumpangan akhir minimal 200 mm. Apabila berjalan di atas atap, harus pada lembah lembaran dan bila terpaksa berdiri di atas rusuk-rusuk, hanya boleh di atas penumpu.
6) Untuk mendapatkan hubungan yang kedap air, diperlukan rivet dengan jarak maksimal 75 cm, untuk memegang tumpangan samping lembaran pada tempatnya dengan kuat. Setiap lembaran disekrup/dibaut pada puncak rusuknya ke setiap gording baja tumpuannya, pada setiap gording sebanyak minimal 3 buah sekrup/baut. Jenis sekrup/baut sesuai dengan jenis sekrup/baut yang dianjurkan oleh pabrik, dan jangan memakai pengikat yang terbuat dari timah hitam.
7) Untuk melubangi bahan penutup atap harus digunakan bor listrik. Bila diperlukan pemotongan harus dilakukan dengan menggunakan gergaji besi yang bergerigi halus.
8) Untuk penutup bubung dipakai nok penutup atap yang sesuai menurut anjuran pabrik pembuat . Harus pula diperhatikan lubang-lubang pada pemasangan penangkal petir agar tertutup dengan sealant yang kuat, fleksibel dan tahan cuaca.

II.7. PEKERJAAN ELEKTRIKAL 
DAN PENANGKAL PETIR II.7.1. Pekerjaan Elektrikal
Persyaratan Pelaksanaan
1. Pemasangan saklar dan stop kontak serta instalasi penerangan / titik lampu dan pemasangan instalasi stop kontak. Seluruh material yang dipakai harus telah mendapatkan standart salah satunya dari S II, LMK, SPLN, JIS, DIN, VDE, TEC, CEBEL, KEMA, OVE, mateial harus baru tidak cacat serta dapat berfungsi dengan baik melalui serangkaian test yang dilakukan oleh Direksi.
2. Stop kontak dan saklar inbow/rata dinding, pemasangan harus rapi, rata, tidak miring dan dipakai bahan kualitas I dengan   ketinggian / letak pemasangan sesuai dengan yang diisyaratkan PLN / sesuai Gambar Rencana. 
3. Instalasi kabel yang dipergunakan adalah sesuai dengan yang dipersyaratkan PLN dan kabel dipasang di atas penggantung plafond, tarikan harus kencang. Pada bagian yang masuk ke tembok, kabel dimasukkan ke dalam conduit pipa PVC dengan ukuran sesuai jumlah kabel yang masuk ( 5/8” -  3/4“) ujung atas pipa PVC harus diberi Elbow dengan ukuran yang sesuai.
4. Sambungan antar kabel harus dilindungi las dop keramik / PVC sedang pada bagian yang masuk tembok bila terdapat sambungan, harus dilindungi junction box (kotak sambungan) PVC dan instalasi kabel ini setelah terhubung seluruhnya harus bebas induksi yang dibuktikan dengan test mager.
5. Untuk pemasangan instalasi petir dan perlengkapannya dilaksanakan sesuai dengan gambar perencanaan dengan tahanan yang disyaratkan PLN sebesar 5  dengan kedalaman grounding 6 m jika jenis tanah di lokasi pekerjaan merupakan tanah lembek.

II.7.2. Pekerjaan Penangkal Petir
Persyaratan Pelaksanaan
Secara garis besar, cara pemasangan instalasi penangkal petir/anti petir elektrostatis sebagai berikut :
1. Pada tahap awal pengerjaan di mulai dengan mengerjakan bagian grounding system terlebih dahulu, dengan pertimbangan keamanan dan kemudahan. Kemudian dilakukan pengukuran resistansi/tahanan tanah menggunakan Earth Testermeter, apabila hasil pengukuran tersebut menunjukan < 5 Ohm maka tahapan kerja berikutnya dapat dilakukan. Seandainya hasil resistansi/tahanan tanah menunjukan > 5 Ohm maka di lakukan pembuatan atau penambahan grounding lagi di sebelahnya dan di pararelkan dengan grounding pertama agar resistansi/tahanan tanahnya menurun sesuai dengan standarnya < 5 Ohm
2. Setelah selesai membuat grounding, langkah berikutnya adalah memasang kabel penyalur (Down Conductor) dari titik grounding sampai keatas bangunan, tentunya dengan mempertimbangkan jalur kabel yang terdekat dan hindari banyak belokan/tekukkan 90 derajat sehingga kebutuhan material dan kualitas instalasi dapat efektif dan efisien. Kabel penyalur petir yang biasa di gunakan antara lain BC (Bare Copper), NYY atau Coaxial. Untuk tempat – tempat tertentu sebaiknya di beri pipa pelindung (Conduite) dengan maksud kerapihan dan keamanan
3. Bila kabel penyalur petir telah terpasang dengan rapih, maka tahap selanjutnya pemasangan head terminal petir tentunya harus terhubung dengan kabel penyalur tersebut sampai ke grounding system.
 

II.8. PEKERJAAN PERPIPAAN DAN SANITAIR II.8.1. Pekerjaan Perpipaan dan Sanitair
Yang dimaksud instalasi air bersih disini adalah :
a. Sarana pipa untuk menyalurkan air bersih dari sumur pompa / deep well / ke pemakaian langsung atau ke bak penampung (reservoir ) melalui pompa distribusi.
b. Sarana pipa dari reservoir ke tiap-tiap titik pemakaian (kran, fixtures sanitary) dengan sistim gravitasi atau dilengkapi pompa boster bila tekanan air diperlukan lebih besar dari tekanan gravitasi.

1.  MATERIAL
1. Pompa-pompa (pompa transfer, pompa booster)
2. Tangki reservoir ( Kapasitas masing-masing disesuaikan dengan kebutuhan )
3. Pipa PVC (class AW, VP), 
4. Valve (Gate valve, check valve, straimed, flexible, connection, fast valve)
5. Fitting Galvanized (tee, elbow, reducer, socket, flame, dll)
6. Fitting PVC (tee, elbow, reducer, socket, flame, dll)
7. Fitting ABS (tee, elbow, reducer, socket, flame, dll)
8. Material bantu (lem PVC, seal tape, penggantung, clamp, dll)

2.   PERALATAN
1. Mesin las
2. Gerinda tangan
3. Bor duduk & bor tangan
4. Takel
5. Kunci pipa, kunci pas
6. Mesin senai

3.   URUTAN PELAKSANAAN
3.1 Pemasangan Pipa Indoor
a. Marking jalur pipa sesuai shop drawing dan koordinasikan dengan pekerjaan lain seperti jalur pipa AC, Air kotor, Fire, Fighting, Tray Cable, dll.
b. Potong pipa sesuai ukuran kebutuhan.
c. Lapisi pipa Gip (jika akan dicat seluruh / daerah expose) dengan cat dasar (zincromate).
d. Setelah dicat dasar lapisi dengan cat (warna sesuai spesifikasi teknis).
e. Pasang gantungan maupun support pipa sesuai hasil marking.
f. Pasang pipa Gip sesuai ukuran pada shop drawing, penyambungan pipa diameter kurang dari 2,5 inchi dengan drat dan diameter 2,5 inchi ke atas dengan las.
g. Gunakan benagn dan Waterpass untuk mengukur kelurusan pipa.
h. Lakukan pekerjaan pengecatan untuk daerah sambungan pipa.
i. Lakukan tes tekan pipa dengan tekanan spesifikasi yang berlaku.
j. Untuk pemasangan pipa di dinding, harus dikoordinasikan dahulu degnan pekerjaan keramik (arsitek) dan sanitary.
k. Lakukan tes tekan ulang jika pipa di dinding telah terpasang.

3.2 Pemasangan Pipa Outdoor
a. Marking jalur pipa.
b. Gali jalur pipa dengan kedalaman sesuai elevasinya.
c. Sambung pipa di atas galian.
d. Lapisi pipa dengan zincromate.
e. Lakukan tes tekan pipa dengan tekanan sesuai spesifikasi teknis yang berlaku.
f. Beri lapisan pasir pada dasar galian.
g. Turunkan pipa ke dalam galian.
h. Lapis kembali galian dengan pasir.
i. Urug galian.

Instalasi Air Bersih dan Kotor dalam KM

Instalasi Air Bersih dalam Shaft

3.3 Pemasangan Valve
a. Check lokasi penempatan valve (apakah space/jarak antar pipa yang telah disiapkan telah sesuai dengan lebar valve)
b. Siapkan valve dengan flange-nya.
c. Pasang valve
d. Lakukan tes tekan valve pada instalasi tersebut.

3.4 Pemasangan Pompa
a. Marking lokasi penempatan pompa.
b. Buat pondasi pompa, perhatikan kelurusan dan rata pondasi.
c. Pasang instalasi pemipaan ruang pompa terlebih dahulu.
d. Pasang pompa dan valve-valvenya.
e. Sambung instalasi daya ke pompa.
f. Untuk pompa transfer automatisasi menggunakan water level control (biasanya menggunakan elektroda)
g. Pengaturan pompa booster dengan pressure switch sebagai berikut :
- Pada posisi tekanan instalasi 2.5 bar pompa I 9kesatu) ON.
- Jika tekanan kembali ke 3 bar pompa OFF
- Namun jika tekanan terus turun hingga posisi 1.5 bar pompa kedua ON.
- Jika tekanan naik lagi hingga 2 bar pompa kedua OFF
- Pompa kesatu dan kedua selalu bergantian posisi (alternated paralell).
h. Lakukan running test pompa.

INSTALASI AIR KOTOR & AIR BUANGAN
Untuk instalasi air kotor, biasanya langsung melalui buangan dari closet dan terminal, sedangkan untuk air buangan adalah sisa air buangan melalui wastafel, bak cuci dan floor drain (pembuangan pada lantai) yang mengalir secara gravitasi dari masing-masing genitor menuju bak penampungan (septic tank, STP)
Yang perlu diperhatikan dalam pemasangannya adalah :
Untuk air kotor dibuat dengan kemiringan (± 1)”
Untuk air buangan dibuat dengan kemiringan (± 1 ½)” Masing-masing pipa air kotor & air buangan harus dilengkapi pettrap (saluran leher angsa) untuk mencegah bau.

1. MATERIAL YANG DIGUNAKAN
a. Pompa buangan (Sewage Pump)
b. Pipa PVC (class AW/D)
c. Pipa cast iron (cip)
d. Fitting PVC (Tee, elbow, socket, reducer)
e. Fitting cast iron (Tee, elbow, socket, reducer)
f. Valve cast iron (check valve, gate valve, fast valve)

METODE PEMASANGAN INSTALASI PIPA VENTILASI

Instalasi ini berfungsi untuk menghubungkan / menyalurkan udara yang terjebak pada pipa air kotor maupun pipa air buangan sehingga air bisa berjalan dengan lancar.

Yang perlu diperhatikan adalah pipa tersebut disambung pada pipa air kotor / air buangan diatas posisi pipa tersebut dan disalurkan pada daerah yang tertinggi (ke atap/diatas plafond) dilengkapi dengan vent cup

II.8.2 Pekerjaan Sanitair
II.8.1 Ruang Lingkup Sanitair
1. Kloset Duduk / Monoblok
2. Wastafel lengkap + Avour & Kran sikut handle p=15 cm 
3. Shower spray / Shower toilet
4. Kran dinding 
5. Floor drain / Avour
6. Cermin Wastafel
7. Bak Mandi 55x65x70 cm
8. Clean Out Dia. 2"
9. Clean Out Dia. 4"
10. Kitchen sink (sesuai gbr)
11. Kran air Kitchen sink
12. Meja Kitchen sink

II.8.2  Metode Pelaksanaan 
Metode pelaksanaan pekerjaan sanitary adalah sebagai berikut :
1) Pekerjaan dilaksanakan dengan mengikuti petunjuk gambar kerja, uraian, dan persyaratan pekerjaan, spesifikasi pabrik pembuat, serta petunjuk konsultan pengawas. 
2) Diperlukan koordinasi kerja dengan disiplin lain, terutama yang bersangkutan dengan pekerjaan pemasangan, baik jadwal maupun posisi meletakkan peralatan di tempat. 
3) Sebelum dan sesudah pekerjaan, semua peralatan harus disetujui konsultan pengawas, serta dijaga dari kerusakan atau kehilangan sebelum masa penyerahan tiba. 
4) Perhatikan semua ukuran, peil, pola, dan syarat  lain untuk pemasangan baik di lantai maupun di dinding atau meja beton. 
5) Pemasangan harus dilakukan dengan hati-hati dan  cermat agar tidak terdapat bekas cacat, noda, atau sumbatan-sumbatan.
6) Semua aksesoris yang terpasang di dinding harus  diusahakan tepat di tengah atau pada nod ubin keramik


II.9. PEKERJAAN PLAFOND II.9.1. Pekerjaan Plafond
A. Tahap Pemasangan Rangka Plafond
1. Pelaksanaan sesuai prosedur yang baik dan benar, sambungan rapat, kuat,Rangka plafond dibuat dari besi hollow yang telah di zincromate/meni. Pada proses pemasangan rangka plafond dilakukan pengukuran (leveling) elevasi ketinggian plafond dari lantai ditandai dengan tarikan benang antar kedua sisi dinding. Agar permukaan rangka tidak melenduk  maka diberi penggantung pada jarak 1 m dibawah dak beton dan pinggir rangka diperkuat dengan ramset
2. Rangka induk dipasang berjarak maximum 120 cm sesuai gambar rancangan, sedangkan  untuk rangka pembagi berjarak maksimum 60 cm sesuai petunjuk pemasangan dari produsen dan gambar rancangan pelaksanaan. 
3. Pemasangan sekerup self tapping screw harus diberi jarak 10 mm (minimal) dan maksimal  16 mm dari pinggir gipsum. Pada sambungan antar gipsum metoda pemasangan screw harus berbiku-biku. 
4. Jarak antara paku atau sekerup pada bagian tepi gipsum berjarak 20 cm sedangkan pada bagian tengah gipsum jarak antara paku / sekerup adalah 30 cm. 
5. Sambungan pada pemasangan gipsum antara satu dengan lainnya adalah serapat mungkin tanpa jarak yang pemasangannya dilakukan secara zig-zag. 
6. Untuk mendapatkan hasil permukaan yang benar-benar rata pada setiap sambungan harus  dilapisi dengan base bond dan paper tape dari perusahaan yang sama dengan pembuat papan gipsumnya.

B. Tahap Pemasangan Plafon
1. Tentukan Marking Elevasi Plafon dan buat garis sipatan serta titik-titik paku kait.
2. Pasang Paku Kait
3. Pasang Penggantung Rangka Plafon ( Hanger dan Clip Adjuster) dengan posisi tegak lurus.
4. Pasang Rangka Tepi Plafon ( Steel Hollow dan Wall Angle Profil) sebagai list tepi pada garis sipatan
5. Tentukan jarak penempatan Kait Penggantung.
6. Pasang tarikan benang sebagai pedoman penentu kelurusan dan ketinggian rangka plafon
7. Pasang Rangka Utama (Top Cross Rail)
8. Pasang Rangka Pembagi ( Furing Channel) dengan menggunakan Locking Clip
9. Pasang dan kencangkan Clip /Rod.
10. Pasang Panel Gypsum pada rangka plafon dengan Sekrup Ceiling menggunakan Screw Driver dan setiap sambungan harus tepat pada rangka.
11. Menghaluskan sambungan antar plafon dengan cara pengamplasan


C. Tahap Pemasangan List Plafond
1. Penutup plafon dipasang pada rangka plafon mengikuti modul rangka dengan diperkuat oleh paku pada jarak 20 cm. 
2. Bila dikehendaki ada nut atau jarak maka antara penutup plafon diberi jarak lebih kurang 1 cm. 
3. Kerapihan dan kerataan permukaan plafon diperiksa secara visual. 
4. Pemasangan penutup plafond dilengkapi dengan list plafond gypsum dilaksanakan pada pertemuan antara plafond dan dinding sesuai gambar, dipasang rapat dan lurus setiap sudut harus dipasang siku-siku dipaku dengan baik dan rapat. Pemasangan list dan sambungannya dibuat yang kuat, lurus, rapi dan rapat. Kerapatan antar list dengan dinding atau partisi diisi dengan compound setelah kering dihaluskan dengan amplas khusus baru bisa dicat.

II.10. PEKERJAAN PENUTUP LANTAI II.10.1. Pekerjaan Penutup Lantai

Dari informasi shop drawing, siap kan material keramik sesuai dengan kode keramik yang hendak dipasang serta quantitynya.
Team survey menyediakan marking yang sesuai dengan shop drawing.
Siapkan alat – alat kerja. 
Siapkan adukan.
Bersihkan permukaan yang akan dipasang keramik dari kotoran, sampah dan debu. (bisa gunakan kompressor)
Basahi lantai beton (tambahkan additive / coldbond).
Rendam keramik dalam bak rendaman (1/2 ~ 1 jam).
Hamparkan mortar di awalan (kepalaan) pemasangan keramik.
Buat awalan pasangan (kepalaan) keramik dengan menarik benang mengikuti arah marking.
Check elevasi pasangan awal sebagai panduan.
Buat awalan (kepalaan) pasang keramik maksimal tiap jarak 4 meter.
Hamparkan mortar sesuai pada bagian yang lainya sesuai dengan elevasi dari kepalaan yang telah dibuat.
Pasang semua keramik dengan rapi yang mengacu pada kepalaan.
Gunakan palu karet.
Setiap pemasangan 1(satu) buah keramik di chek elevasinya dengan mengunakan water pas.
Bersihkan adukan dan air semen yang melekat pada permukaan keramik dengan menggunakan kain lap basah. (jangan tunggu hingga kering).
Proteksi area lantai yang baru dipasang keramik. Tunggu minimal 1(hari).
Siapkan bahan (semen warna jika dikehendaki) untuk mengisi gap antara pasangan (nad) keramik.
Gunakan scarpper / kape untuk memasukan semen grouting nad. 
Bersihkan (lap dengan kain basah) permukaan keramik.

II.11. PEKERJAAN PINTU II.11.1. Pekerjaan Pintu
Pastikan  semua  bukaan / opening kusen  benar-benar  rata  dan  ukuran  lubang  kusen  longgar  terhadap  kusen  yang  mau  dipasang dengan membuat marking pada center opening / bukaan yg sesuai dengan shop drawing.
Jika  lubang  tidak  rata  dan  ukuran  terlalu sempit  atau  tidak  pas  dengan  kusen  yang  hendak  dipasang  maka  lubang  kusen  harus  segera  diperbaiki.
Diharapkan  lubang  kusen  harus  longkar  untuk semua  sisi  maksimum  7 mm  agar  supaya  diwaktu  penyetelan  kusen  tidak  terjadi  kesulitan. 
Periksa kelurusan Vertikal dan Horizontal dengan water pas.
Dipastikan  semua  kusen  yang  terpasang  bener-benar  kuat  dan  tidak  longgar  pemasangannya.
Tutup celah dengan menggunakan sealant silicon / polyuretahe (sesuai dengan spesifikasi), dan pastikan semua celah alumunium tersisi penuh dengan sealant. 
Lindungi / proteksi semua  sisi  kusen  dengan lakban  proteck  agar  terhindar  dari  kotoran  material  lain  dan  juga  menghindari  goresan  ataupun  benturan  terhadap  pekerjaan  yang  lain.
Untuk Kusen yg terbuat dari besi, sediakan stek yg ditanam pada lintle (Kolom praktis) untuk pegangan las-an rangka kusen pintu besi.
Setelah dipastikan kusen terpasang dengan benar dan kuat, isi celah dengan adukan mortar.


II.12. PEKERJAAN CAT DAN WATERPROOFING II.12.1. Pekerjaan Cat
A. Keterangan Umum
Pekerjaan yang dilaksanakan meliputi pengecatan bagian-bagian yang ditunjuk dalam gambar maupun bagian-bagian lain yang memerlukan perlindungan dengan cara pengecatan.
Pada garis besarnya yang termasuk pekerjaan pengecatan adalah 
a. Cat dinding dan partisi
b. Cat plafond, lisplank
c. Waterprofing
Penyempurnaan dan pengulangan pengecatan / melamine karena belum merata, berubah warna atau sebab-sebab lainnya sampai pada saat serah terima untuk yang kedua kalinya menjadi tanggung jawab Kontraktor.
Semua pipa dari besi/baja dalam tanah harus dililit dengan karung goni dan dilapisi dengan Tar (Tar coated) untuk penahan Korosi atau dengan bahan anti karat sintesis yang dispesifikasi untuk keperluan pemipaan bawah tanah. Sedangkan untuk pipa-pipa yang terlihat (exposed) harus diberi tanda dengan warna atau cat yang warnanya akan ditentukan kemudian oleh Pengawas.
Untuk pipa-pipa dalam ceiling agar mudah dikenali diberikan tanda warna/cat pada setiap jarak + 4 m dengan arah aliran pada pipa-pipa induk, begitu pula pipa-pipa pada shaft dimana terletak pintu pemeriksaan.
Sebagai patokan dipakai warna cat sebagai berikut : Untuk jaringan pipa hydrant dipakai warna merah
Khususnya untuk identifikasi dan penentuan warna cat dari masing - masing instalasi Plumbing dan Hydrant akan ditentukan kemudian bersama Pemilik / Pengawas.

B. Cat Tembok, Partisi, Plafond dan Lisplank
a. Pengecatan dilakukan dengan cara terbaik dan umum dilakukan, kecuali bila dinyatakan lain.
b. Tidak boleh melaksanakan pengecatan dalam cuaca lembab, hujan atau angin berdebu.
c. Cat diaduk benar – benar sebelum digunakan.
d. Pengecatan rata, tidak bertumpuk, tidak bercucuran atau ada bekas – bekas yang menunjukkan tanda – tanda sapuan, semprotan dan roller.
e. Pengecatan kembali dilakukan bila ada cat dasar yang kurang menutup atau lepas.
f. Pengecatan Dinding dan Plafond :
1) Dinding siap untuk dicat setelah diplamir terlebih dahulu.
2) Sebelum diplamur, plesteran harus baik, betul–betul kering dan tidak ada retak-retak.
3) Pengecatan tembok dan plafond dilakukan dengan roller. Untuk permukaan dimana roller tidak mungkin digunakan, dipakai kuas berkualitas baik.
4) Seluruh permukaan harus dibersihkan dari debu, lemak, kotoran, atau noda lain dalam kondisi kering. Langkah kerja cat emulsi adalah 
lapisan pertama : ± 50% air 
lapisan kedua  :  25% air 
lapisan ketiga  : 25% air 
Pelaksanaan pekerjaan dengan  roller; kuas dipakai bila tidak mungkin menggunakan roller. 
C. Pengecatan Besi
a. Permukaan besi dihaluskan dan dibersihkan dari kotoran, karat, debu dan lain-lain yang dilakukan dengan sikat kawat. Permukaan besi tidak boleh mengandung minyak maupun basah.
b. Setelah permukaan besi betul – betul kering dan bersih dilakukan pengecatan dasar dengan menggunakan cat meni besi Zink Chromat
c. Setelah permukaan besi betul –betul kering dilakukan pengecatan terakhir. Pada waktu pengecatan diusahakan bebas dari debu.
d. Pengecatan besi dengan sistem spray / semprot.

D. Pelapisan Waterprofing 
a. Dipakai produk water proofing kualitas I
b. Dilaksanakan pada plat beton deck yang kontak dengan air
c. Sebelum di waterprofing permukaan plat harus dibersihkan dengan cara menggosok memakai kain yang dibasahi setelah kering baru dilaksanakan pelapisan waterproofing
d. Tahapan waterprofing pertama lapis waterprofing, kedua lapis serat fiber, ketiga lapis waterprofing lagi
e. Seluruh pekerjaan tersebut di atas harus dilaksanakan dengan baik sampai didapat hasil yang baik dan  merata pelaksanaan sesuai ketentuan pabrik pembuat.

II.13. PEKERJAAN PAVING II.13.1. Pekerjaan Paving
A. Tata Cara Pelaksanaan Umum
1) Dipakai paving block standart SII. Berisi tajam, padat,kering, tidak mudah pecah
2) Ketebalan paving block ditentukan 6 cm Ukuran 10 x 20
3) Type paving block ditentukan sesuai dengan gambar rencana
4) Kanstin yang digunakan berukuran 15 x 25 x 40 cm

B. Paving Stone, Uskup, dan Kanstin 15 x 25 x 40 cm
  Hal Utama
 Syarat-syarat yang harus dipenuhi sebagai berikut:
1) Lapisan Subgrade
Subgrade atau lapisan tanah paling dasar harus diratakan terlebih dahulu, sehingga mempunyai profil dengan kemiringan sama dengan yang kita perlukan untuk kemiringan Drainage (Water run off) yaitu minimal 1,5 %. Subgrade atau lapisan tanah dasar tersebut harus kita padatkan dengan kepadatan minimal 90 % MDD (Modified Max Dry Density) sebelum pekerjaan subbase dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Ini sangat penting untuk kekuatan landasan area paving nantinya.
2) Lapisan Subbase
Pekerjaan lapisan subbase harus disesuaikan dengan gambar dan spesifikasi teknis yang kita butuhkan. Profil lapisan permukaan dari subbase juga harus mempunyai minimal kemiringan 2 %, dua arah melintang kekiri dan kekanan. Kemiringan ini sangat penting untuk jangka panjang kestabilan paving.
3) Kanstin (Penguat Tepi)
Kanstin atau Penguat tepi atau Kerb harus sudah kita pasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini harus dilakukan untuk menahan paving pada tiap sisi agar paving tidak bergeser sehingga paving akan lebih rapi pada hasil akhirnya.
4) Drainage atau Saluran Air
Seperti halnya kanstin, Drainage atau Saluran air ini juga harus sudah dipasang sebelum pemasangan paving dilakukan. Hal ini sangat wajib dilakukan untuk effisiensi waktu atau kecepatan pekerjaan. Drainage yang dikerjaan setelah paving terpasang akan sangat mengganggu pekerjaan pemasangan paving itu sendiri karena harus membongkar paving yang sudah terpasang.
5) Kelengkapan Peralatan Kerja
Peralatan yang kita butuhkan harus sudah disiapkan sebelum pemasangan paving dimulai. Adapun alat-alat yang kita butuhkan adalah sebagai berikut:
a. Mesin Plat Compactor (Stamper Kodok) dengan luas permukaan plat antara 0,35 s/d 0,50 m2 dan mempunyai gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dengan frekwensi getaran berkisar 75 s/d 00 Hz.

b. Alat Pemotong paving (Cutter).
c. Kayu yang diserut rata/ untuk levelling screeding abu batu atau pasir.
d. Benang.
e. Alat handling berupa Lori/gerobak untuk pemindahan paving.
f. Pin stick atau linggis yang bagian bawahnya dibuat runcing melebar sebagai naating

C. Tata Cara Pelaksanaan
1) Abu batu/pasir alas seperti yang dipersyaratkan segera digelar diatas lapisan base. Kemudian diratakan dengan jidar kayu sehingga mencapai kerataan yang seragam dan harus mengikuti kemiringan yang sudah dibentuk sebelumnya pada lapisan base.
2) Penggelaran abu batu/pasir alas tidak melebihi jarak 1 meter didepan paving terpasang dengan tebal screeding.
3) Pemasangan paving harus dimulai dari satu titik/garis (starting point) diatas lapisan abu batu/pasir alas (laying course).
4) Tentukan kemiringan dengan menggunakan benang yang ditarik tegang dan arahkan melintang sebagai pedoman garis A dan memanjang sebagai garis B, kemudian membuat pasangan kepala masing-masing diujung benang tersebut.
5) Pemasangaan paving harus dilakukan setelah penggelaran abu batu/pasir alas. Hindari terjadinya kontak langsung antar block dengan membuat jarak celah/naat dengaan spasi 2-3 mm untuk pengisian joint filler.
6) Memasang paving harus maju, dengan posisi sipekerja diatas block yang sudah terpasang.
7) Apabila tidak disebutkan dalam spesifikasi teknis, maka profil melintang permukaan paving minimal mencapai 2 % dan maksimal 4 % denga toleransi cross fall 10 mm untuk setiap jarak 3 meter dan 20 mm utnuk jarak 10 meter garis lurus. Pembedaan maksimum kerataaan antaar block tidak boleh melebihi 3 mm.
8) Pengisian joint filler harus segera diakukan setelah pamasangan paving dan seera dilanjutkan dengan pemadatan paving.
9) Pemadatan paving dilakukan dengan menggunakan alat plat compactor yang mempunyai plat area 0,35 s/d 0,50 m2 dengan gaya sentrifugal sebesar 16 s/d 20 kN dan getaran dengan frekwensi 75 s/d 100 MHz. Pemadatan hendaknya dilakukan secara simultan bersamaan dengan pemasangan paving dengan minimal akhir pemadatan meter dibelakang akhir pasangan. Jangan meninggalkan pasangan paving tanpa adanya pemadatan, karena hal tersebut dapat memudahkan terjadinya deformasi dan pergeseran garis joint akibat adanya sesuatu yang melintas melewati pasangan paving tersebut.

10) Pemadatan sebaiknya kita lakukan dua putaran, putaran yang pertama ditujukan untuk memadatkan abu batu/pasir alas dengan penurunan 5-15 mm (tergantung abu batu/pasir yang dipakai). Pemadatan putaran kedua, disertai dengan menyapu abu batu/pasir pengisi celah/naat block, dan masing-masing putaran dilakukan paling sedikit 2 lintasan.

D. Kondisi Tempat Kerja
1) Pemasangan paving block rata sesuai dengan ketinggian / peil yang ditentukan sesuai dengan Gambar Rencana.
2) Setelah paving terpasang,ditabur pasir beton hingga masuk pada celah–celah hubungan paving block.

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel